Rabu, 28 Desember 2016

Fungsi sosial kesenian


        Ungkapan-unkapan seni, baik yang “ seni adiluhung” maupun yang “hiburan”, di samping nilai estetik atau nilai hiburannya, tentulah mempunyai juga fungsi-fungsi sosialnya. Hal ini dapat merupakan kajian tersendiri. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain: kebutuhan-kebutuhan sosial apakah yang dipenuhi dengan pembuatan atau penyajian karya-karya seni tertentu; kegiatan-kegiatan berkesenian itu sendiri adalah pemenuhan atas tuntutan-tuntutan sosial apa; atau, bagaimana hubungan-hubungan kekuasaan tertentu telah “memberi arah” kepada kegiatan seni.
Tidak jarang dalam suatu masyarakat tertentu terdapat pengalokasian wewenang khusus kepada suatu golongan masyarakat tertentu untuk menjalankan atau memiliki suatu bentuk ungkapan seni tertentu. Pihak yang mempunyai, atau mendapat, kewenangan khusus itu kebanyakan terkait dengan posisinya yang tinggi dalam suatu sistem pemerintahan, atau kemampuan religious yang istimewa. Terkait dengan status sosial tertentu dari “pemilik” suatu bentuk kesenian, maka sering pula terdapat pembatasan mengenai lokasi dimana suatu sajian seni tertentu dapat dilaksanakan. Suatu survey atas berbagai suku bangsa di indonesia sendiri sudah akan menampilkan contoh-contoh dari keterkaitan antara kedudukan atau golongan sosial dengan bentuk-bentuk seni tertentu.  Ada banyak contoh dimana suatu jenis tarian tertentu hanya boleh ditarikan oleh orang-orang yang memenuhi persyaratan tertentu. Begitu juga banyak jenis busana, atau ragam-ragam hias kain, yang pemakaiannya eksklusif untuk golongan tertentu, baik itu tinggi-rendah, tua-muda, pria-wanita, ataupun gadis- nyonya.
       Dalam masyrakat yang cukup kompleks, dapat pula suatu jenis kesenian tertentu menjadi “milik” atau “tanda pengenal” bagi suatu golongan masyarakat tertentu, tanpa suatu konotasi akan adanya “ hak khusus” seperti halnya pada kepemilikian oleh “penguasa” pemerintahan atau keagamaan. “tanda pengenal” seperti itu mungkin lebih berhubungan dengan jenis pekerjaan (seperti halnya pada ronggeng dan reyog; juga pada bissu), atau ketersediaan bahan (seperti halnya seni kerajinan dengan menggunakan jenis serat dari tanaman tertentu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar