Pada
umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam
kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar
mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata
hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai
dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan
agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan
diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia.
Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang
secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus.
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa
terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental,
intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar
secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi
proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan
konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student
Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif
pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram.
Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah
tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA
Usaha
penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan
usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA yang
telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha
peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah
sebagai berikut:
Rasional atau dasar pemikiran dan
alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan
tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui
potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi
pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang.
Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan.
Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan
secara intelektual, oleh k mauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang
diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sek lah maupun di rumah.
Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar
memiliki kebiasaan belalar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi
yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional, mampu memiliki strategi
dengan pendekatan yang tepat.
Belajar
menyangkut apa yang harus dikerjakan murid – murid untuk dirinya sendiri. Guru
adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk
menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar. Gage dan
Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dengan Penerapan CBSA,
siswa diharapkan akan lebih mampu mengeanal dan mengembangkan kapasitas belajar
dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan
potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan
lebih terlatih untuk berprakarsa, berfikir secara teratur, kritis, tanggap dan
dapat menyelesaikan masalah sehari – hari, serta lebih terampil dalam menggali,
menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi yang bermakna
baginya ( Raka Joni, 1992 : 1 ). Guru diharapkan bekerja secara
professional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik
metodik yang berdaya guna dan berhasil guna ( efisien dan efektif ) artinya
guru dapat merekayasa system pembelajaran yang mereka laksanakan secara
sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran aktif
( Raka Joni, 1992 : 11 ). Lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya akan
mencetak guru – guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan alam dan social budaya.
Implikasi
mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar
akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin
meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan
elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu
meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity)
pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar
akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan
menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
Upaya
memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara
bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang
memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan
tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan
segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera
diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara
efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan
tes sumatif.
Dilihat dari segi pemenuhan
meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka
strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan
pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya
proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada
pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai
dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi
pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak,
dan juga mencari pemecahan secara praktik
Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa
pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara
jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan
potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa
sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan
mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap
dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat
menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan
intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan
terjadinya:
- Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
- Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
- Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap
Walaupun
demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan
intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang
memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa
itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai
kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional
kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam
menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian
kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah
laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku
siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
Prinsip
CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak,
yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar
baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada
4 dimensi sebagai berikut:
Dimensi subjek didik :
- Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru.
- Keberanian untuk mencari kesempatan berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar. Hal ini terwujud bila guru bersikap demokratis.
- Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
- Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
- Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
Dimensi Guru
- Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
- Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
- Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
- Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
- Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
Dimensi Program
- Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
- Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
- Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Dimensi situasi belajar-mengajar
- Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
- Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar