Rabu, 28 Desember 2016

Kesenian Sebagai Sistem

Terlebih dahulu perlu ditegaskan bahwa estetika, yang dengan ungkapan lain dapat dikatakan “teori kesenian”, “ filsafat seni”, atau “ teori keindahan”, adalah bagian saja, meskipun bagian yang teramat penting, dari keseluruhan pranata kesenian, dan pranata tersebutdapat dilihat sebagai suatu keterpaduan  sistemik. Menyimak keanekaragaman susunan masyarakat yang dikenal di dunia ini sepanjang zaman, maka dapat dperkirakan bahwa posisi seni dalam masing-masing masyarakat tersebut dapat berbeda-beda. Ada masyarakat dimana kesenian betul-betul  merupakan suatu pranata ‘mandiri’ sebagai sarana pemenuhan salah satu kebutuhan hidup manusia yang dikenali sebagai suatu ebutuhan tersendiri, sementara dalam masyarakat lain mungkin kesenian adalah sesuatu yang bersifat ‘pendukung’ saja  terhadap pranata tertentu, misalnya pranata agama.
Kajian tentang sistem kesenian, baik sebagai pranata tersendiri maupun sebagai sistem pendukung dalam pranata lain, memerlukan dukungan ilmu dasar antropologi. Konsep-konsep dasar mengenai struktur dan fungsi dalam rangka studi mengenai masyarakat-masyarakat, yang masing-masing ditandai oleh budayanya tersendiri, telah dikembangkan dalam ilmu tersebut. Dalam bahasan mengenai sistem kesenian dapat di rinci unsur-unsur pembentuk sistem tersebut. Apabila sistem kesenian diidentikan dengan pranata kesenian, komponen-komponen pembentuknya adalah :
1.      Perangkat nilai-nilai dan konsep-konsep yang merupakan pengarah bagi keseluruhan kegiatan berkesenian ( baik dalam membuat maupun menikmatinya)
2.      Para pelaku dalam urusan kesenian,  mulai dari seniman perancang, seniman penyaji, pengayom ( dalam arti luas, termasuk “produser”), dan penikmat
3.      Tindakan-tindakan terpola dan terstruktur dalam kaitan dengan seni, seperti kebiasaan berlatih, berkarya, membahas karya seni, ‘publikasi’ karya seni beserta segala persiapannya,dan lain-lain;  dan
4.      Benda-benda yang terkait dengan proses berkesenian, baik yang digunakan sebagai alat maupun dihasilkan sebagai (bagian dari)karya seni.
Masing-masing komponen dari pranata kesenian itu pun dapat dijadikan suatu kajian tersendiri. Kajian estetika pada dasarnya berkenaan dengan komponen pertama, yaitu perangkat nilai dan konsep-konsep pengarah, yang dapat juga dikatakan sebagai komponen inti dalam pranata kesenian. Sumber data mengenai ini dapat berupa teks-teks yang pernah ditulis oleh para pelaku seni yang bersangkutan; dapat pula data mengenai estetika iyu dihimpun dan direkonstruksi atas dasar sejumlah wawancara dengan tokoh-tokoh pelaku seni dalam masyarakat yang dijadikan sasaran kajian. Dalam hal itu perlu  disimak pula adanya perkembangan kaidah, atau lebih tepat perumusan kaidah, dari waktu ke waktu.
Komponen-komponen lain dari panata kesenian itu pun dapat dikaji sebagai suatu subsistem yang utuh, misalnya tentang para pelaku urusan kesenian.  Kajian seperti itu dapat menganalisis peranan dari masing-masing pihak dan bagaimana sifat hubungan-hubungan di antara berbagai golongan tersebut. Komponen ketiga, berupa sistem pola tindakan, dapat dilihat dalam keterkaitannya dengan sistem pelaku. Adapun komponen keempat, yaitu sistem benda-benda, pada dasarnya dapat dilihat kebermaknaannya dalam kaitan dengan komponen pertama, yaitu kaidah-kaidah seni. Benda-benda, yang digunakan maupun dihasilkan, adalah wujud-wujud simbolik yang tak dapat dilepaskan dari konsep-konsep keindahan yang menjadi landasan bagi karya-karya seni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar