Jumat, 09 Desember 2016

Wawancara



Definisi wawancara menurut Moleong (2009, halaman 186), wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Benney & Hughes (dalam Denzin, 2009, halaman 501), wawancara adalah seni bersosialisasi, pertemuan “dua manusia yang saling berinteraksi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesetaraan status, terlepas apakah hal tersebut benar-benar kejadian nyata atau tidak”. Dengan demikian, wawancara dapat menjadi alat/perangkat dan juga dapat sekaligus menjadi objek. Menurut Sanapiah Faisal (1982, halaman 213), wawancara merupakan angket lisan, maksudnya responden atau interviewee mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menuliskan jawabannya secara tertulis. 
Dari uraian dan pendapat tersebut, interview atau wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data responden (terwawancara). Wawancara langsung yaitu ditujukan langsung kepada orang yang diperlukan keterangan/datanya dalam penelitian.
Sedangkan wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang ditujukan kepada orang-orang lain yang dipandang dapat memberikan keterangan mengenai keadaan orang yang diperlukan datanya.
a. Macam-macam Interview/Wawancara
Didalam penerapannya, maka interview atau wawancara dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe wawancara. Menurut fungsinya, maka terdapat wawancara diagnostic, wawancara penyembuhan atau perawatan, wawancara penelitian, wawancara sample, wawancara bantuan hukum, dan seterusnya (Millan, 2001, halaman 410). Disamping itu, menurut Patton (Moleong, 2009, halaman 187–188) yang didasarkan atas perencanaan pertanyaan, wawancara dibedakan antara tipe wawancara pembicaraan informal, wawancara dengan pendekatan menggunakan petunjuk umum, dan wawancara baku terbuka. Selanjutnya menurut data dan informasi yang diinginkan dibedakan menjadi wawancara sejarah kehidupan, wawancara ethnografi, wawancara postmodern, dan wawancara feminis (Pattilima, 2007, halaman 66). Selanjutnya Esterberg (2002, dalam Sugiyono, 2009, halaman 73–75) membagi wawancara menjadi wawancara terstruktur, wawancara tak terstruktur, dan wawancara semiterstruktur.
b. Tujuan Wawancara
Tujuan Wawancara dalam melakukan penelitian anatara lain, sebagai berikut :
1)   Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer).
2)   Tujuan wawancara yaitu sebagai pelengkap teknik pengumpulan lainnya.
3)   Tujuan wawancara ialah untuk menguji hasil pengumpulan data lainnya.
c. Jenis Jenis Wawancara
Jenis jenis wawancara terbagi atas ada dua jenis, yaitu :
1)      Jenis Wawancara Terpimpin
Pengertian Wawancara Terpimpin adalah wawancara yang tidak terarah. Kelemahan dari wawancara terpimpin ialah tidak efisien dalam hal waktu, biaya dan tenaga. Keuntungan dari wawancara terpimpin yaitu cocok untuk penelitian pendahuluan, tidak memerlukan keterampilan bertanya dan dapat memelihara kewajaran suasana.
2)      Jenis Wawancara Tidak Terpimpin
Pengertian Wawancara Tidak Terpimpin adalah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan saja. Kelemahan dari wawancara tidak terpimpin ialah kesan-kesan, seperti angket yang diucapkan serta suasana menjadi formal dan kaku. Keuntungan wawancara tidak terpimpin yaitu pertanyaan yang diajukan sistematis, sehingga mudah diolah kembali, pemecahan masalah menjadi lebih mudah, memungkinkan analisis kuantitatif dan kualitatif dan kesimpulan yang diperoleh lebih reliabel.
Beberapa petunjuk untuk melakukan wawancara yaitu, sebagai berikut :
1)      Dalam wawancara, interviewer harus mengenalkan dirinya kepada interviewee, baik itu secara langsung maupun tidak langsung, serta menyampaikan maksud penelitian untuk kemajuan ilmu dan kepentingan bersama, serta sekaligus meminta kesediaan kapan waktu wawancara boleh dimulai.
2)      Dalam wawancara, interviewer harus menciptakan hubungan baik dengan interviewee dengan cara saling menghormati, mempercayai, kerja sama, memberi dan menerima.
3)      Dalam wawancara, ciptakan suasana santai dan tidak tergesa-gesa dalam mengajukan pertanyaan.
4)      Dalam wawancara, interviewer hendaklah menjadi pendengar yang baik dan tidak memotong maupun menggiring interviewee kepada jawaban yang diharapkan.
5)      Dalam wawancara, interviewer harus terampil dalam bertanya. Agar terampil, maka harus mempertimbangkan hal-hal berikut. Adakanlah pembicaraan pembukaan; gaya bicara jangan berbelit-belit; aturlah nada suara agar tidak membosankan; sikap bertanya jangan seperti menghakimi atau menggurui; mengadakan parafasa; mengadakan prodding, artinya penggalian yang lebih dalam, mencatat dan menilai jawaban; aturlah waktu bertanya; jangan lupa buatlah pedoman sebagai bimbingan untuk mengajukan pertanyaan.

d. Fungsi Wawancara

     Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan kedalam tiga golongan besar :
1)   Sebagai Metode Primer
Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer.
2)   Sebagai Metode Pelengkap
Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode pelengkap
3)   Sebagai Kriterium.
Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu data yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar