Rabu, 28 Desember 2016

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia. Philo artinya cinta dan sophia artinya kebijakan atau kebenaran. Jadi, filsafat adalah cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran. Berfilsafat artinya berfikir sedalam-dalamnya terhadap sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk dan praktis, serta sebagai pandangan hidup. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dimanapun mereka berada.
Terdapat beberapa nilai-nilai Pancasila yang berwujud dan bersifat filsafat diantaranya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara. Filsafat Pancasila tercemin dalam Pembukaan UUD  1945.
Pancasila sebagai sistem filsafat  di Indonesia juga dapat dibuktikan dengan sila-sila pancasila yang bersifat organis, hierarkhis, piramidal, serta saling mengisi dan melengkapi.

Makna Lima Jari

Ada si gendut, si penyuruh, si jangkung, si sombong, si manis, dan si kecil. Siapa mereka? Anda mungkin bertanya-tanya mereka itu siapa dan mungkin ada yang tahu siapa mereka itu. Mereka adalah sebutan untuk jari jemari tangan dan kaki kita.
Si gendut, pasti ketahuan itu jari apa. Yup benar, jari jempol. Dimana si gendut ini selalu berkata baik dan menyanjung. Ketika seseorang bertanya tempat, jari jempol lah yang akan menunjuk tempat itu. Kenapa mesti jari jempol, tidak telunjuk? Jari jempol yang menunjuk arah ini menandakan berkata lebih sopan dibandingkan dengan telunjuk.
Tepat sebelahnya jari jempol adalah jari telunjuk. Dimana jari ini banyak digunakan untuk menunjuk dan memerintah. Sesuai dengan namanya telunjuk, fungsi jari ini pun salah satunya untuk menunjuk.
Sesuai dengan letaknya, jari yang berada di tengah-tengah antar jari disebut jari tengah. Dilihat dari tingginya, ia merupakan si jangkung dari kelima jari ini. Ia sombong dan suka menghasut jari telunjuk. Misalkan seseorang membenci musuhnya, jari ini pun terkadang berdiri sendiri dan sering berkata “fuck”.
Dilihat dari namanya, jari manis, biasanya seseorang mengikat suatu percintaan dan kasih sayang dengan menggunakan cincin di jari manis. Jari manis selalu menjadi teladan, baik, dan sabar yang ditandai dengan sebuah cincin.
Terakhir, jari imut nan kecil ini disebut jari kelingking. Jari ini diibaratkan sebagai penurut dan pemaaf. Sewaktu kita kecil atau mungkin sampai saat ini, kalau kita berbaikan dengan teman ataupun musuh secara sadar kita mengaitkan antar jari kelingking.
Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki oleh masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai suatu tujuan seperti menulis, memegang, menolong anggota tubuh yang lai, melakukan pekerjaan, dll. Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?
Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling menayangi, saling menolong, saling membantu, saling mengisi. Bukan untuk saling menuduh, saling menunjuk, saling merusak, dan bahkan saling membunuh. Sudahkah kasih sayang Anda hari ini bertambah?

FILSAFAT ATAU FALSAFAH

Apakah Anda tahu apa perbedaan filsafat dengan falsafah? Ternyata dua kata tersebut bermakna berbeda namun memiliki suku kata yang hampir mirip.

Filsafat adalah  ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli artimya kebenaran yang telah dibuktikan secara nyata (menurut Plato), sedangkan 

Falsafah adalah suatu pandangan hidup dalam negara bisa dikatakan juga seperti ideologi. Contohnya dalam falsafah negara Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945.

Maka, dari penjelasan yang tadi dapat kita ketahui bahwa filsafat dan falsafah memiliki makna yang jauh dan mungkin kebanyakan orang menganggap kedua nya itu sama.

TEORI KERAGAMAN SOSIAL DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA

Teori keragaman sosial mencerminkan nilai-nilai yang mendasar dan epistemologi. Jadi kurikulum matematika harus mencerminkan beragam sejarah, budaya dan lokasi geografis dan sumber daa, semua aspek sosial dan organisasi politik kehidupan modern (lembaga sosial matematika).

Kurikulum matematika harus 'bersahabat' bagi perempuan, etnis minoritas, dan kelompok sosial lainnya, dan tindakan positif termasuk anti-seksisme dan anti-rasisme yang diperlukan untuk meningkatkan pendidikan matematika dan pandangan sosial dari semua, bukan hanya untuk melawan masalah kelompok yang kurang beruntung.

Kurikulum harus disaring untuk menghilangkan hambatan keberhasilan semua, seperti bahasa, stereotip atau pedagogi sempit yang membatasi keterlibatan partisipasi atau pengembangan dari semua segmen sosial. Sebuah diskusi terbuka tentang peran matematika dalam reproduksi dalam kerugian sosial adalah tepat.

Secara keseluruhan, bahwa matematika tidak boleh hanya dikenyam bagi kalangan khusus saja, karena semua orang berhak mendapatkan ilmu dan pengajaran, terutama matematika. Karena matematika itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehati-hari. Itulah sifat matematika.

PERKARA HARAM MENJADI HALAL

Ternyata di dalam islam pun ada sesuatu perkara yang biasanya di anggap haram menjadi halal, yaitu:
1. Ketika perang
Dalam hal berperang seorang muslim dibolehkan untuk membunuh musuh nya maupun berbohong ketika diintrogasi oleh musuh.

2. Ketika berunding dengan musuh.

3. Ketika menyikapi orang-orang yang melanggar perjanjian.

Sebenarnya masih banyak lagi perkara yang diharamkan menjadi halal. Perlu diingat bahwa hal tersebut terjadi karena suatu kondisi tertentu dan memang perintah syara.

APA ITU PLATONISME?



Platonisme adalah pandangan bahwa objek matematika memiliki eksistensi objektif yang nyata dalam beberapa wilayah ideal. Pandangan ini berasal dari Plato dan dapat dilihat dalam tulisan penganut aliran Logis seperti Frege dan Rusell, dan juga Cantor, Bernays (1934), Hardy (1967) dan Godel (1964).  
Penganut aliran Platonis berpendapat bahwa objek dan struktur matematika memiliki eksistensi nyata yang terpisah dari kemanusiaan. Oleh karena itu, matematika adalah proses untuk menemukan hubungan yang ada dibaliknya. Menurut penganut aliran Platonis pengetahuan matematika terdiri dari penjelasan objek-objek dan hubungan dengan struktur yang menghubungkan mereka.
Platonisme dengan jelas memberikan pemecahan terhadap persoalan objektifitas matematika. Platonisme mencakup baik kebenarannya dan eksistensi objeknya sebagaimana juga kemandirian matematika yang memiliki hukum dan logika sendiri.  

Disamping hal yang menarik seperti itu, platonisme memiliki dua kelemahan penting. Pertama, aliran ini tidak mampu menawarkan penjelasan yang tepat terkait dengan bagaimana ahli matematika memperoleh akses ke dalam pengetahuan yang ada dalam wilayah platonic. Kedua, aliran ini tidak mampu memberikan deskripsi yang tepat untuk matematika baik secara  internal atau eksternal. Karena aliran ini tidak dapat memenuhi persyaratan di atas, platonisme ditolak sebagai filsafat matematika.

Kajian Filsuf Terhadap Kebenaran

 Kajian Filusuf Terhadap Kebenaran
Dalam penerapan cara berpikir empiris, sama halnya dengan rasionalis dipertanyakan oleh beberapa filusuf, apakah pendekatan empiris akan membawa kita lebih dekat kepada kebenaran ?, mereka menjawab tidak, sebab menurut mereka gejala yang terdapat dalam pengalaman kita baru mempunyai arti kalau kita memberikan tafsiran kepada mereka. Fakta yang ada sebagai dirinya sendiri, tidaklah mampu berkata apa-apa, Para ilmuwanlah yang memberikan fakta sebuah arti, apakah itu sebuah nama, sebuah tempat atau apa saja. Disamping itu, bila kita hanya mengumpulkan pengetahuan mengenai berbagai gejala yang ditemui dalam pengalaman lalu apakah gunanya semua kumpulan pengetahuan serba aneka yang tidak berarti, Lebih jauh lagi mereka mempertanyakan, bagaimanakah cara kita mendapatkan pengetahuan yang utuh, apakah kita memungut begitu saja seperti mengumpulkan kerang di pantai. Siapakah yang dapat menjamin bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu benar, seperti apa yang dikatakan oleh Charles Darwin dalam Suriasumantri, 1999, bahwa tanpa penafsiran yang sungguh-sungguh maka alam akan mendustai kita bila dia mampu. Disini terlihat pula bahwa pendekatan empiris tidak mampu memecahkan masalah pokok dalam menentukan pengetahuan yang benar.
Atas dasar uraian tersebut, maka para filusuf melontarkan beberapa kritik terhadap empirisme secara lebih tajam sebagai berikut :
(1). Apakah yang disebut sebagai pengalaman ?. Pengalaman sekali waktu hanya berarti rangsangan panca indera, lain waktu lagi dia muncul sebagai sebuah sensasi ditambah dengan penilaian. Sebagai sebuah konsep, ternyata pengalaman tidak berhubungan langsung dengan kenyataan obyektif yang sangat ditinggikan oleh kaum empiris. Jika dianalisis secara kritis, maka pengalaman merupakan pengertian yang terlalu samar untuk dijadikan dasar bagi sebuah teori pengetahuan yang sistematis.
(2). Sebuah teori yang sangat menitikberatkan pada presepsi panca indera kiranya melupakan kenyataan bahwa pancaindera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Pancaindera kita sering menyesatkan dimana hal ini disadari pula oleh kaum empiris. Empirisme tidak mempunyai perlengkapan untuk mem-bedakan antara khayalan dan kenyataan.
(3). Empirisme tidak memberikan kita kepastian. Apa yang disebut pengetahuan yang mungkin, dalam pengertian diatas sebenarnya merupakan pengetahuan yang seluruhnya diragukan.
Berdasarkan uraian tersebut, lalu sekarang timbul pertanyaan, pola pikir yang bagaimana yang dapat menghasilkan Sains mencapai kebenaran. Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh kaum rasionalis dan empiris, setelah telah mengkikis sifat-sifat ekstrim ke duanya. Jawabannya adalah bahwa mereka menyadari dengan sepenuhnya bahwa berbagai kelebihan dan kekurangan terdapat pada masing-masing pola pikir. Diatas kesadaran ini kemudian timbul gagasan dari keduanya untuk menggabungkan kedua pendekatan tersebut guna menyusun metode yang lebih dapat diandalkan dalam menemukan pengetahuan yang benar. Akhirnya dilahirkan metode ketiga yang dikenal dengan nama Metode Keilmuan. Metode ini secara ringkas merupakan suatu rangkaian prosedur yang tertentu harus diikuti untuk mendapatkan jawaban yang tertentu dari pengetahuan yang tertentu pula. Kerangka dasar prosedur ini dapat diuraikan dalam 6 (enam) langkah yaitu :
(1). Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah,
(2). Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan,
(3). Penyusunan atau klasifikasi data,
(4). Perumusan Hipotesis,
(5). Dedukasi dan Hipotesis, dan
(6). Tes dan pengujian kebenaran (verifikasi) dari hipotesis.
Dalam metode keilmuan, rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheran dan logis, sedangkan empirisme memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Metode ini, oleh banyak ilmuan dunia dipergunakan secara dinamis guna menghasilkan pengetahuan yang konsisten dan sistematik serta dapat diandalkan, sebab pengetahuan telah teruji secara empiris. Dalam metode ini, sikap skeptis merupakan karakteristik seorang ilmuwan, artinya dia tidak pernah menerima kebenaran suatu pernyataan sebelum penjelasan mengenai isi pernyataan itu dapat diterima, dan disaksikan secara empiris konsekuensi kebenaran pernyataan tersebut.
Dalam metode keilmuan, teori yang telah tersusun pada tahap pendekatan rasional perlu diuji kebenarannya, dan untuk pengujian ini digunakan pendekatan empiris. Tahap pengujian sangat diperlukan dalam metode keilmuan didasarkan pada anggapan bahwa bagaimanapun menyakinkannya suatu penjelasan teoritis yang diberikan, dia hanya bersifat dugaan sementara mengenai suatu obyek yang sedang dipermasalahkan. Suatu penjelasan yang belum teruji secara empiris hanyalah merupakan hipotesis atau dugaan. Hipotesis ini dibangun dari hubungan konseptual, baik yang baru disusun atau merupakan perluasan dari hipotesis terdahulu yang telah teruji kebenarannya, yang dipakai menyorot suatu obyek. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit dari metodologi keilmuan. Hipotesis ini yang kemudian kita uji kebenarannya secara empiris. Kalau ternyata pengujian secara empiris tidak mendukung hipotesis yang diajukan, maka dia dinyatakan benar secara keilmuan, dan bila secara empiris tidak mendukung, dia dinyatakan tidak benar secara keilmuan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah suatu teori pengetahuan yang dipergunakan manusia dalam memberikan jawaban tertentu terhadap suatu pertanyaan. Metode ini menitikberatkan kepada suatu urutan prosedur yang seksama, dimana diperoleh sekumpulan pengetahuan yang diperlukan secara terus menerus dan bersifat mengoreksi diri sendiri. Metode keilmuan mendasarkan diri pada anggapan bahwa terdapat keteraturan yang dapat ditemukan dalam hubungan antara gejala-gejala dan bahwa alat panca indera manusia (atau alat yang dibuat secara teliti) pada dasarnya dapat berfungsi secara layak. Lewat pengorganisasian yang sistematis dan pengujian pengamatan, manusia telah mampu mengumpulkan pengetahuan secara kumulatif, walaupun yang terus menerus bertumbuh dan mempunyai peluang yang besar untuk benar. Kendati demikian, metode keilmuan tidak mengajukan diri sebagai sebuah metode yang membahayakan manusia kepada sesuatu kebenaran akhir yang takan pernah berubah.
Kesadaran ini diajukan tentu didasarkan atas beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh metode keilmuan terutama terletak pada asumsi landasan epistemologi ilmu, yang menyatakan bahwa kita mampu memperoleh pengetahuan yang bertumpuh pada prespsi, ingatan dan penalaran.