A.
Penembangan onsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
Menurut
Burns (1982), konsep diri ialah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang
diri sendiri, sedangkan Pemaily (dalam Atwater, 1986), mendefinisikan konsep diri
sebagai system yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang
tentang dirinya, termasuk sikap perasaa, presepsi, nilai-nilai dan tingkah laku
yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawages (1983)menjelaskan
bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya,
karakteristik pribadi, motivasinya, keseluruhannya, kelebihannya atau
kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya.
Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan bahwa konsep diri
adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan
penilaian seseoran terhadap dirinya sendiri.
1.
Konsep
Diri dan Harga Diri
Konsep
diri adalah bagaimana cara pandang individu dalam menghadapin pembelajaran di
sekolah. Sering di jumpai istilah “harga diri” (self-esteem di samping istilah “konsep diri” (self-concep) bahkan sejumlah ahli tidak
selalu menyebutkan perbedaan di antara keduanya.
Menurut Santrock
(1998), Self-esteem(harga diri) adalah dimensi penilaian yang menyeluruh dari
diri. Self-esteem juga sering disebut
dengan self-worth atau self-image. Sedangkan menurut Gilmoren (
dalam Akhmadd Sudrajad), harga diri merupakan Penilaian individu teradap
kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya
Para
ahli pun bereda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri. Namun,
secara umum para ahli menyebutkan 3 dimensi diri, meskipun menggunakan istilah
berbeda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari
konsep diri yaitu;
a. Pengetahuan
b. Harapan
c. Penilaian
2.
Konsep
Diri Dalam Prestasi Belajar
Untuk
mengetahui hubungan antara konse diri dan prestasi belajar, Fink (dalam Burns,
1982) melakukan penelitian dengan menggunakan sejumlah siswa laki-laki dan
perempuan yang di pasangkan berdasarkan tingkat intelegensi mereka, selain itu
mereka juga di golongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yakni kelompoka
prestasi lebih (ovrachivers) dan
kelompok prestasi kurang (underachievers)
Siswi yang tergolong ovrachivers menunjukan konsep diri yang lebih positif, dan hubungan
hubungan yang erat antara konsep diri dan prestasi belajar yang terlihat jelas.
Walsh (dalam Burn, 1982), juga menunjukan bahwa siswa-siswi yang tergolong underachievers mempunyai konsep diri yang negative serta
memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian; (1). Mempunyai perasaan
dikritik, di tolak, dan diisolir (2). Melakukan mekanisme pertahanan diri
dengan cara menghindar dan bahkan bersikap menantang; (3) tidak mampu
mengekspresika perasaan dan perilakunya.
B.
Karakteristik
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Anak yang tumbuh
dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negative, ditambah dengan
lingkungan yang kurang mendukung, cenerung mempunyai kosep diri yang negative.
Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia
alami dan yan ia dapatkan di lingkungannya. Jika lingkunganya membesarkan siap
yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga
perkembangan konsep diri yang positif.
1.
Karakteristik
Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
Seumlah
ahli psikologi perkembangan percaya bahwa dalam perkmbangan pemahaman diri,
pengambilan perseptif (perspective taking).
Menurut sejumlah ahli lain, anak usia 6 tahun mampu memahami perspektif orang
lain. Penelitian lain mencatat seseorang yang berusia sama belum bisa
diasosiasikan dengan masing-masing tingkat, sebab kemampuan anak dalam
pengambilan peran mungkin berfluktuasi dari suatu waktu ke waktu lain (Maccoby,
1980).
2.
Karakteristik
Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
Santrock
(1998) menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep dari masa
remaja, yaitu sebagai berikut.
a.
Abstract
And Idealistic. Gambaran
tentang konsep diri yang abstrak, misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja
usia 14 tahun mengenai dirinya.
b.
Differentiated.
Konsep diri remaja bisa menjadi terdiferensisi (differentiated)
c.
Contradictions
Within The Self. Remaja mendiferensisaikan dirinya ke
dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda.
d.
The
Fluctuating Self. Sifat yang kontraduktif dalam diri
remaja pada gilirannnya memunculkan fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan
lintas waktu yang tidak mengejutkan.
e.
Real
And Ideal, True And False Selves. Kemampuan untuk
menyadari adanya perbedaan antara diri nyata (real self) dengan diri yang ideal (ideal self) menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif
mereka.
C.
Implikasi
Perkembangan Konsep Diri Terhadap Pendidikan
Peserta
didik mengalami permasalahan di sekolah pada umumnya menunjukan tingkat konsep
diri yang rendah. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
di sekolah, guru perlu melakukan upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan
konsep diri peserta didik. Berikut ini beberapa strategi yang mungkin dilakukan
guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
1.
Membuat
siswa merasa mendapat dukungan dari guru.
2.
Membuat
siswa merasa bertanggung jawab.
3.
Membuat
siswa merasa mampu.
4.
Mengarahkan
siswa untuk mencapai tujuan yang realistis.
5.
Membuat
siswa menilai diri mereka secara realistis
6.
Mendorong
siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis.
D.
Karakteristik
Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Belajar
adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perbahan dalam pengelolaan
pemahaman (Wingkel).
Cara
Anak Belajar
Piaget (1950)
menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterprestasikan
dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Anak usia
sekolah dasar berada pada tahapan konkret. Pada rentan usia tersebut , anak
mulai menunjukan perilaku berlajar sebagai berikut. (1) mulai memandang dunia
secaara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara
reflektif dan memandang unsur-unsur
secara serentak. (2) mulai berpikir secara rasional. (3) mempergunakan
cara berpikir oprasional untuk mengklarifikasikan benda-benda (4) membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
mempergunakan hubungan sebab akibat. (5) memahami konsep substansi, volume zat
cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan
tahapan perkembangan berfikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah
dasar memiliki tiga cara yaitu sebagai berikut.
1.
Konkret
Konkret
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.
Integrative
Pada tahap usia sekolah dasar, anak memandang
sesuatu yang di pelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu
memilah-memilih konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berpikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
3.
Hierarkis
Pada tahapan
ini usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari
hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Adapun karakteristik pembelajaran yang perlu
dilakukan tehadap anak-anak tersebut dengan menggunakan hal berikut.
a. Belajar
dan Pembelajaran Bermakna
Belajar
pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepribadian. Belajar bermakna merupakan suatu
proses di kaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
b. Pembelajaran
Tematik
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaransehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok, yang menjadi pokok
pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Dalam kegiatan pembelajaran guna memenuhi
karakteristik belajar anak usia sekolah dasar (SD), di perlukan motivasi dari
guru. Berikut ini delapan belas (18) kiat atau cara yang dapatdapat digunakan
oleh gur untuk meningkatkan motivasi belajar.
1)
Gunakan metode dan kegitan yang
bervarisasi
2)
Jadikan siswa peserta aktiv
3)
Buatlah tugas yang menantang namun
realistis dan sesuai
4)
Ciptakan suasana kelas yang kondusif
5)
Berikan tugas secara proporsional
6)
Libatkan diri untuk membantu siswa
mencapai hasil
7)
Berikan petunjuk pada para siswa agar
sukses dalam belajar
8)
Hindari kompetisi antarpribadi
9)
Berikan masukan
10)
Hargai kesuksesan dan keteladanan
11)
Antusias dalam mengajar
12)
Tentukan standar yang tinggi (namun
realistis) bagi seluruh siswa
13)
Pemberian penghargaan untuk memotivasi
14)
Ciptaka aktivitas yang melibatkan
seluruh siswa dalam kelas
15)
Kenali minat siswa-siswa
16)
Peduli dengan siswa-siswa
17)
Hindari penggunaan ancaman
18)
Hindari komentar buruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar