Jumat, 09 Desember 2016

PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK



A.    Penembangan onsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
            Menurut Burns (1982), konsep diri ialah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri sendiri, sedangkan Pemaily (dalam Atwater, 1986), mendefinisikan konsep diri sebagai system yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap perasaa, presepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawages (1983)menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadi, motivasinya, keseluruhannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya.
            Berdasarkan definisi di  atas dapat di simpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseoran terhadap dirinya sendiri.
1.      Konsep Diri dan Harga Diri     
Konsep diri adalah bagaimana cara pandang individu dalam menghadapin pembelajaran di sekolah. Sering di jumpai istilah “harga diri” (self-esteem  di samping istilah “konsep diri” (self-concep) bahkan sejumlah ahli tidak selalu menyebutkan perbedaan di antara keduanya.
 Menurut Santrock (1998),  Self-esteem(harga diri)  adalah dimensi penilaian yang menyeluruh dari diri. Self-esteem juga sering disebut dengan self-worth atau self-image. Sedangkan menurut Gilmoren ( dalam Akhmadd Sudrajad), harga diri merupakan Penilaian individu teradap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya
Para ahli pun bereda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri. Namun, secara umum para ahli menyebutkan 3 dimensi diri, meskipun menggunakan istilah berbeda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri yaitu;
a.       Pengetahuan
b.      Harapan
c.       Penilaian



2.      Konsep Diri Dalam Prestasi Belajar
      Untuk mengetahui hubungan antara konse diri dan prestasi belajar, Fink (dalam Burns, 1982) melakukan penelitian dengan menggunakan sejumlah siswa laki-laki dan perempuan yang di pasangkan berdasarkan tingkat intelegensi mereka, selain itu mereka juga di golongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yakni kelompoka prestasi lebih (ovrachivers) dan kelompok prestasi kurang (underachievers)
      Siswi yang tergolong ovrachivers menunjukan konsep diri yang lebih positif, dan hubungan hubungan yang erat antara konsep diri dan prestasi belajar yang terlihat jelas. Walsh (dalam Burn, 1982), juga menunjukan bahwa siswa-siswi yang tergolong underachievers  mempunyai konsep diri yang negative serta memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian; (1). Mempunyai perasaan dikritik, di tolak, dan diisolir (2). Melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara menghindar dan bahkan bersikap menantang; (3) tidak mampu mengekspresika perasaan dan perilakunya.
B.     Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negative, ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung, cenerung mempunyai kosep diri yang negative. Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan yan ia dapatkan di lingkungannya. Jika lingkunganya membesarkan siap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga perkembangan konsep diri yang positif.
1.      Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
      Seumlah ahli psikologi perkembangan percaya bahwa dalam perkmbangan pemahaman diri, pengambilan perseptif (perspective taking). Menurut sejumlah ahli lain, anak usia 6 tahun mampu memahami perspektif orang lain. Penelitian lain mencatat seseorang yang berusia sama belum bisa diasosiasikan dengan masing-masing tingkat, sebab kemampuan anak dalam pengambilan peran mungkin berfluktuasi dari suatu waktu ke waktu lain (Maccoby, 1980).
2.      Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
      Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep dari masa remaja, yaitu sebagai berikut.
a.       Abstract And Idealistic.  Gambaran tentang konsep diri yang abstrak, misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahun mengenai dirinya.
b.      Differentiated. Konsep diri remaja bisa menjadi terdiferensisi (differentiated)
c.       Contradictions Within The Self. Remaja mendiferensisaikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda.
d.      The Fluctuating Self. Sifat yang kontraduktif dalam diri remaja pada gilirannnya memunculkan fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan.
e.       Real And Ideal, True And False Selves. Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara diri nyata (real self) dengan diri yang ideal (ideal self) menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif mereka.
C.    Implikasi Perkembangan Konsep Diri Terhadap Pendidikan
      Peserta didik mengalami permasalahan di sekolah pada umumnya menunjukan tingkat konsep diri yang rendah. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru perlu melakukan upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta didik. Berikut ini beberapa strategi yang mungkin dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
1.      Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru.
2.      Membuat siswa merasa bertanggung  jawab.
3.      Membuat siswa merasa mampu.
4.      Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis.
5.      Membuat siswa menilai diri mereka secara realistis
6.      Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis.
D.    Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
      Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perbahan dalam pengelolaan pemahaman (Wingkel).
Cara Anak Belajar
      Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterprestasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan konkret. Pada rentan usia tersebut , anak mulai menunjukan perilaku berlajar sebagai berikut. (1) mulai memandang dunia secaara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur  secara serentak. (2) mulai berpikir secara rasional. (3) mempergunakan cara berpikir oprasional untuk mengklarifikasikan benda-benda (4) membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. (5) memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
      Memperhatikan tahapan perkembangan berfikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga cara yaitu sebagai berikut.
1.      Konkret
            Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.      Integrative
Pada tahap usia sekolah dasar, anak memandang sesuatu yang di pelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-memilih konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
3.      Hierarkis
 Pada tahapan ini usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Adapun karakteristik pembelajaran yang perlu dilakukan tehadap anak-anak tersebut dengan menggunakan hal berikut.
a.       Belajar dan Pembelajaran Bermakna
     Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepribadian. Belajar bermakna merupakan suatu proses di kaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
b.      Pembelajaran Tematik
     Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaransehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok, yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
     Dalam kegiatan pembelajaran guna memenuhi karakteristik belajar anak usia sekolah dasar (SD), di perlukan motivasi dari guru. Berikut ini delapan belas (18) kiat atau cara yang dapatdapat digunakan oleh gur untuk meningkatkan motivasi belajar.
1)         Gunakan metode dan kegitan yang bervarisasi
2)         Jadikan siswa peserta aktiv
3)         Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
4)         Ciptakan suasana kelas yang kondusif
5)         Berikan tugas secara proporsional
6)         Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil
7)         Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
8)         Hindari kompetisi antarpribadi
9)         Berikan masukan
10)     Hargai kesuksesan dan keteladanan
11)     Antusias dalam mengajar
12)     Tentukan standar yang tinggi (namun realistis) bagi seluruh siswa
13)     Pemberian penghargaan untuk memotivasi
14)     Ciptaka aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
15)     Kenali minat siswa-siswa
16)     Peduli dengan siswa-siswa
17)      Hindari penggunaan ancaman
18)     Hindari komentar buruk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar